Menparekraf Praktik Mengukir Material Kulit dengan Teknik Pahat

Sidoarjo – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno berkesempatan untuk praktik dan mempelajari langsung cara mengukir produk ekonomi kreatif berbahan dasar kulit sapi asli dengan menggunakan teknik pahat dalam kunjungan kerjanya ke Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Kabupaten Sidoarjo memang tidak sekadar dikenal karena mempunyai sederet kuliner khas yang lezat. Tapi juga memiliki beragam produk kriya yang unggul dan berkualitas bahkan telah mendunia. Salah satunya produk ekraf berbahan kulit karya pengrajin bernama Makhbub Junaidi dengan nama brand Morfby.id.

Produk yang dihasilkan pria yang akrab disapa Pak Jun ini memang berbeda dari pengrajin kulit kebanyakan. Keunikkannya terletak pada teknik yang digunakan dalam mempercantik produk kreatifnya.

Tak heran membuat Menparekraf Sandiaga yang hadir dalam kegiatan Workshop Kabupaten/Kota Kreatif, di Kantor Bupati Sidoarjo, Jumat (14/7/2023) malam penasaran dan langsung mempraktikkan teknik pahat tersebut bersama Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, Hudiyono.

“Saya yang megang, Pak Hudy yang mahat. Pelan-pelan aja ya Pak,” kata Menparekraf Sandiaga yang tampak sangat antusias.

Sebelum sampai pada tahap mengukir material kulit, proses diawali dengan membuat pola atau gambar dengan menggunakan kertas kalkir. Kemudian, kulit dibasahi terlebih dahulu agar lebih lembut ketika dipahat. Untuk jenis kulit yang digunakan juga tidak boleh sembarangan, harus kulit nabati pilihan atau yang biasa disebut vegetable tanned leather.

Cara memahatnya pun ada teknik tersendiri terutama saat memegang alat pahatnya (tool-set). Jari manis diletakkan di titik tumpu tool-set, kemudian ukir perlahan. Dalam pengerjaannya memang diperlukan keuletan, ketelatenan, dan kesabaran.

“Oleh karena itu, saya kalau sudah melihat produk-produk seperti ini saya enggak mau nawar. Jadi “rogana” rombongan yang enggak pakai nawar-nawar. Karena kita tahu sulit sekali membuatnya,” kata Sandiaga.

Pak Junaidi sendiri terbilang cukup lama berkecimpung di bidang kerajinan kulit. Hanya saja teknik pahat ini baru ia gunakan sekitar kurang lebih tiga tahun terakhir. Produk yang dihasilkan pun beragam. Mulai dari tas, sepatu, dompet, pouch, hingga koper.

Bermula ketika Pak Jun mengajar di Kabupaten Mojokerto. Kala itu ada seseorang yang sedang memberikan materi tentang memahat. Pak Jun pun tertarik untuk belajar. Yang pada akhirnya ia berinovasi dan mengimplementasikan ilmu tersebut ke dalam kerajinan kulitnya. Sehingga teknik ini menjadi pembeda dengan produk kulit lainnya, ada unique selling point tersendiri.

“Ketika ada tambahan kreativitas inovasi harganya bisa dua kali lipat bahkan tiga kali lipat,” katanya.

Sebagai Duta Nasional Kerajinan Tangan pada tahun 2014, Pak Jun sempat mengalami jatuh bangun dalam membangun usaha bahkan pernah sampai harus menjual sejumlah aset pribadinya demi bertahan hidup. Namun berkat kegigihan dan semangatnya, usaha kerajinan kulitnya kini telah menembus pasar ekspor hingga ke Malaysia dan Belanda.

“Ketika saya sempat mengalami jatuh bangun usaha. Saya berfikir kala itu tidak ada lagi harta yang saya miliki karena semua habis terjual. Satu-satunya harta yang saya miliki adalah kreativitas. Ini adalah harta kekayaan yang tak ternilai harganya,” ujar Jun. (Red)